Malam Pertama di Isoter, Pasukan Nyamuk Tidak Datang

oleh -
oleh

Catatan Fakhruddin Halim
(Pemred suarabangka.com)

 

PINTU kamar diketuk, petugas berseragam orange berbadan jangkung tampak ragu. Dia bertanya apakah saya memesan obat nyamuk semprot?

Saya menggelengkan kepala. Karena memamg merasa tidak pernah memesan. Dia tampak seperti bimbang.

“Mungkin kamar sebelah,” katanya menjauh membawa dua kaleng besar obat semprot.

Tak lama berselang dia kembali lagi. “Maaf, boleh bapak dan adik keluar dulu, biar saya semprotkan dulu kamarnya,” ujarnya ramah.

Kamipun keluar dan mempersilakan dia melaksanakan tugasnya. “Sekitar lima menit lagi baru boleh masuk. Obat semprotnya saya taruh di lemari, silakan digunakan,” katanya sembari meletakkan di dalam lemari kayu tua kosong di samping pintu masuk kamar.

Tak lama berselang, sejumlah petugas pun datang membawa kipas angin bertiang ukuran besar. Dengan cekatan mereka menyetelnya dan nyala. Kipas itu pun berputar-putar.

“Untuk air memang tidak bisa hidup setiap saat, kendalanya itu, tapi kami sudah letakkan ember besar bertutup lengkap dengan keran di kamar mandi. Itu khusus untuk berwudhu,” katanya ramah.

Saya manggut-manggut saja. Malam pertama di isoter Girimaya, saya dan anak dapat tertidur pulas lebih awal. Sekitar pukul 02.00 WIB, saya terbangun.

Ke kamar mandi dan apa yang disampaikan petugas tadi benar. Ember wudhu tersedia dan terisi penuh.

Bahkan bak kamar mandi pun terisi penuh. Tidak seperti tadi sore, hanya sekitar seperempatnya.

Maklum ada 11 orang yang isoter. Sebagiannya sudah lansia, sering ke kamar mandi.

Sejumlah pesan melalui WatsApp penuh. Bahkan ada banyak panggilan tak terjawab dari sejumlah kawan dan pihak.

Apa boleh buat, saya tertidur pulas. Pasukan nyamuk sepertinya tidak datang. Kipas angin berfungsi dengan baik, ruangan cukup adem.

Bahkan artikel Gamawan Fauzi Mendagri era SBY yang dikirimkan Rabu/18/8/2021, yang seharusnya selesai diedit, sama sekali belum tersentuh.

Begitu pula hasil wawancara ekslusif dengan pakar biomolekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, P.hD alumnus Harvard Amerika itu belakangan kerap diminta pendapatnya soal Covid-19, juga belum diapa-apain.

Selain itu soal Thorium dari DR. Andang Widiharto, Universitas Gajah Mada (UGM) juga belum tersentuh. Apalagi banyak bahasa yang perlu disesuaikan agar mudah dicerna oleh pembaca.

*

Pagi ini, Kamis/19/8/2021, hari kedua di isoter, cek tensi dan saturasi oksigen, 130/80 dan saturasi 98. Kata petugas, tensi lebih normal dari kemarin ketika datang 110/60.

Sedangkan petang ini tensi 128/80 dan saturasi 97. Masih normal. Petugas menyebutkan saturasi di bawah 95 itu harus diwaspadai.

Tak ada keluhan berat. Saya hanya merasa pusing, meriang, batuk dan tenggorokan gatal. Penciuman dan rasa di lidah, agak berkurang.

Petang ini sejumlah kawan datang menjenguk, Ketua PWI Babel M Faturrakhman, Maman dan seorang kawan lainnya.

Kawan-kawan berada di luar Police Line warna kuning yang dipasang mengelilingi halaman gedung isoter.

Faturrakhman juga menanyakan soal Pelatihan dan Penyegaran Ahli Pers Dewan Pers Bathc 2 yang harusnya hari ini saya ikuti di BSD Banten.

Soal pembatalan saya sudah melaporkannya ke Sekretariat Dewan Pers dan akan diikutkan yang rencananya Bulan Februari atau Maret 2022.

Hari ini sejumlah narasumber hadir seperti Ketua MA 2001-2008/ Ketua Dewan Pers 2010-2013/2013-2016 Prof. Bagir Manan, Wakil Ketua Mahkamah Agung Andi Samsan Nganro.

Sedangkan Jumat besok narasumber dipastikan hadir Menkopolhukam Mahfud MD, Jaksa Agung Burhanuddin dan sejumlah narasumber lainnya.

Selain buah pisang dan jeruk yang sangat baik untuk meningkatkan sistim imun tubuh. Satu botol berukuran 100 gram Qusthul Hindi ikut menjadi oleh-oleh.

Maman menjelaskan dengan baik kegunaan dan pengalamannya mengkonsumsi herbal berbahan dasar kayu hitam dari India itu.

Menurutnya sangat membantu mengeluarkan lendir dari saluran ispa. Bernapaspun akan terasa sangat lega.

Belakangan memang sempat viral. Sekedar informasi mengutip suara.com, 06/Agustus/2021, Pukul: 19.05 WIB, Qusthul Hindi adalah herbal asal India yang memiliki nama ilmiah Saussurea Costus.

Ekstrak Qusthul Hindi digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional, dan dikenal dengan nama minyak atsiri.

Mengutip Verywell Health, Jumat (6/8/2021) qusthul hindi banyak tumbuh subur di dataran tinggi beriklim alphine.

Kerap digunakan selama berabad-abad lamanya di Tibet dan obat tradisional Tiongkok karena tanaman ini diyakini punya efek anti inflamasi, antimikroba, dan analgesik atau penghilang rasa sakit pada manusia.

Jika di India dikenal dengan sebutan qusthul hindi, tanaman obat ini mendapat sebutan yang berbeda di berbagai negara.

Di Jepang misalnya, qusthul hindi disebut Mokkou, sedangkan dalam pengobatan tradisional China disebut Mu Xiang.

Herbal qusthul hindi disebut bersifat panas yang mengandung senyawa, terpen yang bisa mengurangi rasa sakit dan peradangan, dengan bekerja menekan enzim siklooksigenase atau COX.

COX adalah sejenis enzim yang biasanya ditargetkan oleh obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen dan anaproxen.

Dalam pengobatan herbal qusthul hindi atau saussurea, kerap digunakan untuk mengobati berbagai macam masalah kesehatan, antara lain untuk jerawat, takut ketinggian, angina, kecemasan, radang sendi, asma, bronkitis, kolera, pilek, disentri, radang perut, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, menstruasi tidak teratur, cacing usus, asalah hati, kejang otot, artritis reumatoid, dan bisul.

Menjelang Magrib pintu kamar diketuk, Plh Kadinkes Pangkalpinang Dokter Tri Wahyuni dan sejumlah petugas berdiri di depan pintu kamar.

Dia menanyakan soal kondisi kami secara terperinci. Sekaligus menyampaikan permohonan maaf karena beginilah adanya fasilitas isoter Pangkalpinang.

“Yang penting jaga imun. InsyaAllah semuanya akan baik-baik saja. Jika ada kebutuhan jangan sungkan sampaikan ke petugas kami,” ujarnya.

Saya pun mengucapkan terimakasih atas pelayanan yang sangat baik dan ramah. Dan apa yang menjadi keluhan terutama soal air sudah teratasi dengan baik.

Lokasi isoter Pangkalpinang berada antara Kantor Walikota dan Gedung DPRD Pangkalpinang. Dulunya adalah Puskesmas Girimaya, dimanfaatkan karena situasi darurat. Jadi tidak dirancang khusus untuk menangani Covid-19.

Saya membayangkan kalau lokasi isoter itu dibangun khusus di dekat pantai, di tengah perkebunan, atau bahkan di tengah pulau. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.