BIN, JAKARTA – PT Bank BTPN Tbk membukukan laba bersih senilai Rp2,05 triliun pada Januari-September 2021. Laba tersebut naik 32 persen dari Rp1,54 triliun pada Januari-September 2020.
Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan pertumbuhan laba didukung oleh kondisi ekonomi Indonesia yang terus membaik sejalan dengan tren pemulihan ekonomi.
“Serta strategi Bank BTPN yang mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam beradaptasi di era new normal,” kata Ongki dalam keterangan resmi, Kamis (28/10).
Secara rinci, laba berasal dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 5 persen dari Rp7,93 triliun menjadi Rp8,31 triliun. Selain itu, juga berasal dari pendapatan operasional yang meningkat 11 persen dari Rp1,31 triliun menjadi Rp1,45 triliun, khususnya dari penjualan produk investasi.
Kendati begitu, penyaluran kredit yang menjadi sumber pendapatan bunga bersih sejatinya turun sekitar 7 persen dari Rp148,81 triliun menjadi Rp137,66 triliun. Ongki menilai hal ini terjadi karena permintaan nasabah belum meningkat.
“Tapi jumlah kredit yang diberikan naik sebesar 1,5 persen secara kuartal-ke-kuartal dan ini merupakan tanda yang baik, yaitu terjadi peningkatan aktivitas masyarakat,” katanya.
Sementara rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross berada di kisaran 1,56 persen. BTPN mengklaim tingkatnya lebih rendah dari rata-rata industri di kisaran 3,35 persen.
Peningkatan pendapatan ini dibarengi dengan penurunan sejumlah beban, seperti beban bunga yang merosot 39 persen dari Rp4,54 triliun menjadi Rp2,76 triliun dan beban biaya kredit yang turun 19 persen dari Rp1,95 triliun menjadi Rp1,59 triliun. Sementara, biaya operasional relatif sama di kisaran Rp5,1 triliun.
Ongki mengatakan penurunan beban bunga terjadi berkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang stabil rendah di kisaran 3,5 persen dari Juli 2019 hingga saat ini. Kemudian juga didukung peningkatan saldo dan penurunan rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA).
Tercatat, peningkatan saldo mencapai 37 persen dari Rp25,95 triliun menjadi Rp35,57 triliun. Sementara penurunan rasio CASA dari 5,3 persen menjadi 3,5 persen dan membuat rasio CASA terhadap dana pihak ketiga (DPK) meningkat dari 26 persen menjadi 34 persen.
Menurutnya, peningkatan dana murah berasal dari peningkatan saldo nasabah di aplikasi digital banking perusahaan, Jenius mencapai 20,5 persen menjadi Rp14,66 triliun. Hal ini didukung pertambahan jumlah pengguna sekitar 22,3 persen menjadi 3,51 juta nasabah.
Sementara, DPK tumbuh 2 persen dari Rp100,8 triliun menjadi Rp103,23 triliun. Selain dari DPK, BTPN juga memiliki pendanaan dari pinjaman kepada SMBC.
Tercatat, rasio liquidity coverage ratio (LCR) berada di 224,7 persen, net stable funding ratio (NSFR) 114,7 persen, dan rasio kecukupan modal (CAR) 25,6 persen. Sedangkan aset turun 2 persen dari Rp186,9 triliun menjadi Rp183,02 triliun. (Cnn)